Description
about local FOOD
Minggu ke-2
22-Februari-2018
MAKANAN KHAS SUKU BUGIS “NASU
PALEKKO”
Nasu
Palekko adalah salah satu kuliner khas suku Bugis yang terbuat dari Daging
Bebek yang dipotong-potong kecil seperti dicincang, atau disebut Daging Bebek
Cincang. Dimana dalam proses pembuatannya, daging bebek yang sudah disembelih
dan dikuliti serta dicincang lalu dicuci bersih. Kemudian diberi cuka atau
jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis-nya.
Adapun
bumbu-nya terdiri dari cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, sereh , garam,
bumbu rempah-rempah lainnya serta cuka,. Biasanya, cuka yang digunakan adalah
cuka yang terbuat dari mangga muda. Cuka dan bawang putih atau jeruk nipis
biasanya digunakan juga untuk menghilangkan bau amis pada daging. Kemudian
bumbu tersebut di giling halus lalu dicampur potongan daging bebek sebelum
dimasukkan kedalam penggorengan yang kemudian diaduk hingga matang untuk
disajikan.
Nasu
Palekko umumnya memiliki rasa yang cukup pedas dan bisa membuat merah telinga
serta mempunyai aroma tersendiri karena menggunakan minyak goreng yang berasal
dari lemak kulit bebek itu sendiri. Rasa pedas pada Nasu Palekko ini biasanya
sudah tercium dari jarak jauh aromanya yang menyengat dan sungguh menggoda iman
untuk menikmatinya.
Nasu
Palakko’, masakan khas bugis, kususnya di daerah Sidrap dan Pinrang, Sulawesi
Selatan. Penggemar bebek pasti akan menyukai masakan ini. Daging bebeknya
empuk, tidak amis dan kaya bumbu. Yang istimewa lagi dari bebek ini adalah,
rasanya yang luar biasa pedas… membakar mulut.
Bebek
yang dimasak bumbu pedas ini, dipotong kecil-kecil, isinya terdiri dari leher,
kepala dan jeroan bebek. Kaya bumbu khas bugis, super pedas, lebih pedas dari
bebek goreng yang ada di Bukan Bebek Biasa.
Bahan-bahan :
1
ekor bebek (potong kecil2 3-5cm)
1
daun salam
3
sereh
1
sdm rendaman air asam jawa
Gula
Garam
Penyedap
Bumbu halus :
10
bawang merah
6
bawang putih
3
kemiri
4
cabe merah
10
cabe kecil (sesuai selera)
1
ruas jahe
1
ruas laos
1
ruas kunyit
1
sdt ketumbar bubuk
1
sdt merica bubuk
Cara Membuat :
1.
Siapkan semua alat dan bahan yang akan di
gunakan
2.
Potong bebek menjadi kecil-kecil
3. Tumis bumbu halus, masukkan sereh, daun
salam, tumis hingga wangi
4. kemudian masukkan bebek, campur hingga
merata, masukkan air asam jawa, aduk-aduk.
5.
Kemudian tambahkan secukupnya air hingga
bebek terendam.
6. tambahkan gula garam dan penyedap rasa, masak
dengan api kecil hingga air menyusut, tes rasa, jika air sudah menyusut,
matikan, dan sajikan.
“KLEPON”
HISTORY
Dahulu
kala, hidup seorang janda bersama putrinya bernama Galuh di suatu daerah di
Martapura. Sejak ditinggal suaminya meninggal dunia janda tersebut hanya hidup
bersama Galuh putri semata wayangnya. Sang janda pun sering sakit – sakitan
sepeninggal sang suami. Sang janda mempunyai kebiasaan yaitu senang membuat
kue, kebiasaan ini di jalaninya sejak sang suami masih hidup hingga suaminya
meninggal dunia.
Selain
demi keluarga sang janda juga membuat kue untuk dijual demi membantu sang suami
dalam membangun ekonomi keluarga mereka, terlebih saat sang suami meninggal
sang janda harus berusaha keras untuk tetap bisa menghidupi Galuh putri
kesayangannya. Kue buatannya pun sangat lezat dan digemari banyak orang karena
itu sang janda banyak mempunyai pelanggan, selain kelezatan kue buatannya
biasanya tetangga merasa kasihan melihat hidup sang janda bersama putrinya,
sepeninggal kepala keluarga mereka hidup dari hasil berdagang kue, maka para
tetangga berusaha membantu perekonomian sang janda dengan membeli kue buatannya.
Pada
zaman dulu pembuatan kue tentunya tidak secanggih dan sehebat seperti saat ini,
kue pada saat itu pun tidak banyak macamnya. Orang zaman dulu hanya bisa
membuat kue sederhana, misalnya kue buatan sang janda hanya dengan memasukkan
beras kedalam lesung. Wadah yang berbentuk kotak terbuat dari kayu Ulin
ditengahnya terdapat bolongan yang digunakan sebagai tempat makanan serta kayu
Ulin yang panjang untuk menghaluskan makanan didalamnya yang biasanya disebut
Lasung. Setelah beras dimasukkan kedalam lasung kemudian ditumbuk hingga halus,
setalah halus dimasukkan kedalamnya gula merah yang sudah dilunakkan. Dan
dicampur kelapa yang diambil hanya dalamnya ( dagingnya yang berwarna putih )
diiris tipis kemudian kembali dihaluskan dalam lasung. Semua bahan dihaluskan
hingga jadi satu dan agak mengeras.
Hal
tersebut dikarenakan hawa di lasung yang panas hingga kue seperti dimasak yaitu
mengeras dan semua adonan menjadi satu. Setelah menjadi satu dan mengaras
adonan kue tersebut di bentuk bulat – bulat menggunakan sendok. Karena
campurannya selain beras ada pula gula merah dan kelapa rasanya pun menjadi
gurih dan nikmat, perpaduan bahan yang menggoda selera, saat itu kue tersebut
dinamakan Wadai masak di lasung.
Sang
janda pun mencari nafkah melalui berdagang Wadai masak di lasung tersebut.
Kondisinya yang sudah mulai tua membuat fisik sang janda tak sekuat dulu, ia
pun sering didera sakit – sakitan. Pada suatu malam sang janda sakit dan ingin
sekali makan wadai masak di lasung. Kecintaan Galuh pada ibu nya menuntunnya
untuk selalu bisa mengikuti kehendak sang ibu, terlebih lagi mereka hidup hanya
berdua di dunia ini dan sang janda tersebut sangat mengasihi Galuh, karena itu
sebagai anak Galuh sangat mencintai ibunya. Di lubuk hati terdalamnya sangat
sedih melihat keadaan ibunya yang terbujur sakit dan tak berdaya. Hati Galuh
terpanggil untuk membuktikan baktinya sebagai seorang anak terhadap orang tua
yang sudah mengandung, melahirkan, dan dengan segenap jiwa raga serta kasih
sayangnya membesarkan Galuh.
Walaupun
hari telah malam, melihat keinginan ibunya yang sedang sakit Galuh pergi ke
dapur untuk membuat kue, sambil merebus air di kendi yang berukuran besar untuk
minum ibunya. Sambil merebus air Galuh segera mulai membuat kue dengan
memasukkan beras kedalam lasung. Ternyata lasung baru saja dicuci dengan air
dan ditengkurapkan guna mengeringkan air yang meresap di lasung.
Setelah
itu Galuh hendak memakai lasung maka di ambilnya lasung dan ternyata terdapat
kalajengking di dalam lobang tempat pembuatan kue di lasung tersebut. Galuh
terkejut dan takut melihat kalajengking tersebut tanpa sadar ia berteriak
meminta tolong, ibunya yang sedang istirahat ditempat tidur ikut terkejut
mendengar teriakan Galuh kemudian menanyakan apa yang terjadi, namun Galuh
berusaha menyembunyikan apa yang sudah ia temukan di lasung, karena tak ingin
ibunya khawatir Galuh mengatakan tak ada apa – apa. Niat Galuh membuatkan kue
buat ibunya sudah bulat rasa takut terhadap kalajengking dihilangkannya, sekuat
tenaga Galuh membuang kalajengking yang ada di lasung milik ibunya tersebut.
Dan usaha Galuh tak sia – sia kalajengking berhasil di usirnya dari lasung
dengan menggunakan kayu bakar yang ada didapurnya.
Pada
masa itu tak ada kompor, memasak hanya dengan menggunakan kayu. Sang janda menyadari
Galuah sudah sangat lama berada di dapur namun tak ada juga bunyi lesung. Lama
Sang janda memanggil, ” luh, lambatnya, kenapa ? “. ” Hadangpun” sahut sang
anak. Untuk orang Banjar, apabila menjawab panggilan orang yang lebih tua
ataupun yang dihormati biasanya menggunakan “ pun ” yang berarti iya.
Setelah
mendengar sahuta Galuh, ibunya pun terdiam beristirahat sambil menunggu kue
buatan sang anak. Setelah lama ditunggu masih tak terdengar bunyi lasung tanda
dimulainya pembuatan kue. Sang janda kembali menegur Galuh, “ banyu menggurak
sudah dalam kendi, model kendi halus tuh sudah menggurak masih kada tedangar
bunyi lasung pabila pulang ”. Sang ibu sedikit jengkel dengan anaknya, sang ibu
merasa bahwa sudah lama anaknya berada di dapur tapi belum juga terdengar
lasung berbunyi tanda beras dihaluskan. Kemudian membandingkan merebus air
dikendi yang besar saja sudah mendidih, tapi Galuh belum juga menghalusakan
adonan kue.
Sang
ibu memanggil Galuh kembali, “ luh balum haja kah? ”. “ Kalapun ” jawaban Galuh
menyahuti pertanyaan ibunya. Galuh merasakan kejengkelan ibunya, Galuh berusaha
memberitahukan ibunya ada kalajengking di dalam lasungnya, sehingga terlambat
membuat kue. Karena gugup sahutan Galuh terhadap ibunya menjadi “ kalapun ”.
Setelah
berhasil membuang kalajengking Galuh mulai membuat adonan kue. Dimulai membuat
beras dalam lasung kemudian dihaluskan dengan cara di tutuk. Setelah
menghaluskan beras, karena sudah terlalu lama membuat kue dan keinginan Galuh
agr ibunya yang sedang sakit segera makan kue, beras yang sudah dihaluskan
dibentuk bulat – bulat setelah itu di masukkan Galuh kedalam air mendidih.
Setelah
bulatan dimasukkan kedalam air mendidih ditunggu hingga bulatan muncul
kepermukaan air yang menandakan kue sudah matang dan bulatan tersebut dianggkat
menggunakan sendok sampai semua adonan matang, kemudian di letakkan dam piring,
dengan kreasi ingin mempermanis kue tersebut maka Galuh menyisipkan gula merah
ditengah kue tersebut dan kemudian diperutkannya kelapa di atas kue tersebut.
Setelah
itu Galuh menemui ibunya dengan membawa kue kreasinya itu, sang ibu terkejut
mengapa kue yang dibuat Galuh tak sama seperti kue buatannya. Lalu dicicipinya
kue buatan putri tersayangnya, ia kembali terkejut karena kue tersebut memiliki
rasa yang begitu enak. Sang ibu pun memuji kepandaian Galuh membuat kue.
Pada
saat itu ada tetangga yang datang kerumah Galuh, karena mendengar ibu Galuh
sakit. Saat datang, ibu Galuh meminta tetangganya tersebut mencicipi kkue
buatan Galuh, hasilnya sama ketika ibu Galuh pertama mencoba kue tersebut.
Tetangga kemudian bertanya apa nama kue trsebut, Galuh terdiam ia tak tau apa
nama kue tersebut karena kue itu ia buat sendiri tanpa petunjuk siapapun,
bahkan terkesan sembarangan karena hanya ingin ibunya cepat mencicipi kuenya
dan tak ingin sang ibu merasa marah ataupun jengkel kepadanya. Saat Galuh
terdiam tetangganya heran, dan kembali menanyakan nama kue enak buatan Galuh
tersebut. Sang janda ingat bahwa tadi putrinya Galuh menyebut kalapun, lalu ia
mengatakan bahwa kue tersebut bernama kalapun.
Sejak
saat itu kue tersebut dijadikan Galuh sumber rezekinya. Galuh tak ingin lagi
ibunya yang sudah tua dan sakit – sakitan berdagang kue, Galuh mengambil alih
semua yang dilakukan ibunya. Galuh mencari rezeki untuk hidup ia dan ibunya
dengan berdagang kue kelepun.
Klepon
atau kelepon adalah sejenis makanan tradisional atau kue tradisional Indonesia
yang termasuk ke dalam kelompok jajan pasar. Makanan ini terbuat dari tepung
beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil dan diisi dengan gula merah
lalu direbus dalam air mendidih. Klepon yang sudah masak lalu digelindingkan di
atas parutan kelapa agar melekat, sehingga klepon nampak berbalur parutan
kelapa. Biasanya klepon diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari daun
pisang.
Di
Sumatera dan di Malaysia, klepon disebut "onde-onde", sedangkan di
Jawa dan bagian lain di Indonesia penganan yang disebut Onde-onde adalah bebola
tepung beras berisi adonan kacang hijau yang dibaluri biji wijen. Perbedaan
penyebutan antara di Jawa dan Sumatera-Malaysia ini seringkali menjadi penyebab
kekeliruan dan kerancuan dalam mengartikan onde-onde. Klepon biasa dijajakan
dengan getuk dan cenil (juga disebut cetil) sebagai camilan di pagi atau sore
hari. Warna klepon biasanya putih atau hijau tergantung selera. Untuk klepon
dengan warna hijau, perlu ditambahkan bahan pewarna dari daun suji atau daun
pandan.
Bahan :
Tepung beras ketan 250 g
Tepung beras 50 g
Air mineral 1350 ml
Daun pandan secukupnya
Garam 1 sdt
Kelapa buah, parut kemudian
kukus
Gula merah secukupnya, sisir
halus
Gula pasir 3 sdm
Cara
membuat :
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Siapkan wadah bersih untuk menguleni adonan.
3.
Daun pandan yang sudah dibersihkan kemudian
blender dengan 200 ml untuk dijadikan pewarna alami. Sisihkan.
4. Masukkan tepung beras ketan, tepung beras,
dan garam. Aduk hingga tercampur sempurna.
5.
Tuang sedikit demi sedikit air pewarna, tuang
sambil terus diaduk.
6.
Kemudian tuang sedikit demi sedikit air
mineral 150 ml, tuang sambil terus diaduk. Jika adonan dirasa sudah cukup
kental maka tidak perlu ditambahi air. Aduk hingga adonan hingga mencapai
kekentalan yang pas untuk kemudian dibentuk dan diisi dengan gula merah.
7. Ambil sedikit adonan, pipihkan, dan beri
sedikit gula merah yang sudah disisir sebelumnya. Tidak usah terlalu banyak
agar nanti ketika direbus tidak meluber keluar.
8.
Bentuk adonan menjadi bola-bola.
9.
Ulangi poin 6 dan 7 hingga adonan habis.
10. Rebus 1 L air, tunggu hingga mendidih.
11. Masukkan klepon yang sudah dibentuk. Tunggu
hingga klepon mengapung.
12. Sembari menunggu klepon matang, siapkan
parutan kelapa. Campur parutan kelapa dengan gula pasir dan garam secukupnya.
Sisihkan.
13. Tiriskan klepon yang sudah mengapung. Lalu
gulingkan atau taburi klepon dengan parutan kelapa.
14. Klepon siap disajikan. Lebih enak dimakan
selagi masih hangat.
Source :
Source :
Jahril Sri Sumarnisi. 2016,
Makanan Khas Sulawesi Selatan, Pinrang “ Nasu Palekko”. http://sobatbudaya.or.id/mks/2016/06/11/makanan-khas-suku-bugis-nasu-palekko/(Online,(22 Februari 2018
Yulinda Dina. 2008, Asal Mula Kue
Klepon. https://dinayulinda.wordpress.com/2008/06/12/asal-mula-kue-kelepon/
(Online,(22 Februari 2018