ABOUT LOCAL
FOOD
Minggu ke-
13 Juni 2018
SOURCE :
http://callangku.blogspot.com/2015/02/nasu-likku-yang-menggoda.html
https://sites.google.com/site/dennapratiwis/nasu
https://ksmtour.com/wisata-kuliner/kuliner-makassar/putu-cangkir-kue-yang-sangat-digemari-di-makassar.html
http://widhiaanugrah.com/resep-membuat-kue-putu-cangkir-yang-empuk/
NASU LIKKU/AYAM
LIKKU
Hidangan berbahan
dasar unggas, khususnya ayam, yang pasti ditemukan di piring saji warga
Sidenreng Rappang (Sidrap), saat perayaan hari besar adalah nasu likku.
Sebagian orang menyebutnya ‘nasu likkua’. Disebut nasu likku karena
potongan-potongan ayam dimasak bersama lengkuas parut atau dicincang kasar.
Sama halnya
dengan nasu palekko, tidak satupun orang tua mampu menjelaskan asal
muasal nasu likku. Namun yang pasti selain di Sidrap, masakan ini juga
sangat familiar dengan warga Pinrang dan Parepare. Kabupaten/kota yang juga
tergabung dengan Sidrap di wilayah Ajatappareng.
Meski bahan
dasarnya sama, terdapat perbedaan antara nasu likku dan nasu palekko.
Dalam tulisan sebelumnya disebutkan, jika nasu palekko dimasak
dengan bumbu ekstra pedas, maka nasu likku mengandalkan rasa gurih
santan serta aroma khas lengkuas. Perbedaan kedua adalah jika Anda tidak suka nasu
palekko dari itik/bebek, dapat diganti dengan daging ayam. Hal itu tidak
berlaku pada nasu likku. Karena hanya daging ayam yang diolah jadi
masakan tersebut.
Perbedaan
ketiga, waktu yang dibutuhkan untuk mematangkan nasu likku lebih lama
dibanding nasu palekko. Hal itu diakibatkan santan yang digunakan harus
benar-benar susut. Jika tidak, nasu likku tidak bertahan lama (cepat
basi). Alasan ini pula yang menyebabkan, masakan ini tidak sesering mungkin
disajikan dibanding nasu palekko
Berbicara
kekinian, terdapat perbedaan antara nasu likku versi ‘doeloe’ dengan
sekarang. Dulu, orang-orang tua membuat nasu likku dari ayam kampung.
Namun sekarang karena pertimbangan sulitnya mendapat dan mahalnya ayam kampung,
maka digantilah dengan ayam potong. Perbedaan keduanya setelah dimasak adalah,
selain rasa yang lebih enak, daging ayam kampung yang empuk juga tidak mudah
lepas dari tulangnya. Sementara daging ayam potong mudah hancur dan lepas dari
tulang.
Jadi apa
persamaan antara nasu likku dengan nasu palekko? Sama-sama
menggunakan ‘bumbu standar’ dan tentu saja enak jika disantap dengan burasa,
tumbu’, legese’, atau sokko-terutama sokko bolong. Hmmm
benar-benar menggoda.
Sekarang
mari membicarakan cara membuat nasu likku yang enak. Menurut Penulis,
ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum memasak nasu likku.
Pertama, pilih ayam kampung. Tentunya berdasarkan alasan tersebut di atas.
Kedua, tambahkan santan yang lebih dari cukup. Lebih banyak santan, tentu lebih
gurih kan? Ketiga, agar sensasi menikmati nasu likku akan lebih terasa,
gunakan lengkuas parut kasar atau dicincang.
Proses yang
tak kalah pentingnya adalah, ayam yang telah dibersihkan dibakar terlebih
dahulu sebelum dipotong-potong. Selain dimaksudkan untuk membakar bulu-bulu
halus, juga untuk menambah aroma pada masakan.
Bagimana
jika tercium aroma “kandang (ayam)” pada nasu likku? Tidak perlu risau,
tekstur dan karakter daging ayam sangat berbeda dengan bebek/itik. Jadi
dipastikan tidak ada bau “kandang”. Meski demikian, sama halnya membuat nasu
palekko, tetap dibutuhkan air perasan cempa atau camba alias asam jawa untuk meredam bau
tak sedap.
Bahan :
- ½ ekor ayam (500 gram), dipotong 8 bagian
- 100 gram kelapa parut, disangrai, dihaluskan
- 1 sdt asam jawa -+ 1 sdt air panas (disarankan tidak digunakan)
- 400 ml santan dari ½ butir kelapa
- 1 ¼ sdt garam
- ½ sdt gula pasir
- 2 sdm minyak untuk menumis
Bumbu halus
- ¾ sdt merica bubuk
- ½ sdt kunyit bubuk
- 2 cm lengkuas
- 1 batang serai, diambil putihnya
Cara
Membuat :
1. Seperti disebutkan di awal, Penulis
merekomendasikan untuk menggunakan ayam kampung dibanding ayam potong.
2. Jangan khawatir dengan lengkuas.
Jika membeli lengkuas yang masih segar/utuh, parut menggunakan parutan kasar
agar serat-sertanya tetap terjaga. Lebih praktis lagi jika membeli lengkuas
parut kering. Lengkuas seperti ini
banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional. Ingat, rendam sekitar dua puluh menit terlebih dahulu sebelum
mencampurkannya dengan ayam. Untuk satu ekor ayam, dibutuhkan dua liter
lengkuas parut kering.
3. Setelah bulu-bulunya dibersihkan,
bakar ayam terlebih dahulu hingga seluruh badannya berwarna coklat keemasan.
4. Tanpa dikuliti, langsung
potong-potong ayam. Besarnya? Tergantung selera.
5. Setelah dibersihkan, lumuri potongan
ayam dengan air perasan cempa. Salah satu kunci kelezatan nasu likku terletak
pada bumbu ini. Jangan pernah lupa untuk menambahkan!
6. Didihkan santan
dari perasan satu atau dua butir kelapa hingga menggumpal dan menyusut hingga
setengahnya. Pada bagian ini, sejumlah orang membagi dua hasil parutan kelapa.
Bagian pertama diperas untuk diambil santannya. Sementara bagian yang lain,
disangrai hingga kecoklatan kemudian ditumbuk halus. Bagi Penulis, akan lebih
enak jika menggunakan lebih banyak santan sehingga tidak dibutuhkan kelapa
sangria.
7. Setelah santan
menggumpal dan menyusut, masukkan ayam tanpa memisahkan air perasan cempa
terlebih dahulu.
8. Pisahkan lengkuas dengan air
rendaman, dan Langsung tuang bersama potongan ayam.
9. Masukkan bumbu yang
dihaluskan terlebih dahulu terdiri dari sepuluh butir bawang merah, lima butir bawang putih, tiga ruas jahe, dan merica
secukupnya.
10. Jangan lupa menambahkan garam
secukupnya, dua batang serei yang telah ‘digeprek’, satu sendok kunyit halus,
dan gula/penyedap rasa secukupnya.
11. Aduk terus hingga santan mengering.
Bagian ini harus benar-benar diperhatikan, karena jika alpa maka bagian bawah
wajan akan gosong dan menimbulkan aroma tak sedap pada makanan.
12. Jika santan benar-benar susut, itu
tandanya nasu likku Anda sudah matang. Perhatikan, potongan ayam
berwarna kuning serta serat-serat lengkuas akan terlihat sangat menggoda
selera.
Perlu
diketahui, santan yang dimasak hingga susut akan menghasilkan minyak. Hal itu
juga akan terjadi pada masakan nasu likku. Jika demikian, itu juga salah
satu tanda masakan istimewa ini telah matang.
PUTU CANGKIR
Panganan Dari Ketan yang Bentuknya Menyerupai
Tatakan Cangki Keragaman kue tradisional
Makassar memang tidak diragukan, salah satu kue tradisional
yang patut anda coba adalah
Putu Cangkiri’ atau jika di-indonesiakan menjadi Putu Cangkir. Bagi
Anda yang penasaran ingin mencoba legitnya Putu Cangkir tak perlu bingung
mencarinya, penjaja Putu
Cangkir umumnya menjajakannya di pinggir jalan.
Penamaan cangkiri’ ini karena bentuk
kue putu yang satu ini memang mirip cangkir terbalik. Jika dilihat dari suku
katanya, Putu Cangkiri’
ini terdiri atas dua suku kata, yaitu: Putu; panganan dari beras ketan dan
Cangkiri’ yang berarti “cangkir”. Jadi Putu
Cangkiri’ ini adalah panganan dari ketan yang bentuknya
menyerupai bagian bawah cangkir jika posisinya diletakkan terbalik. Putu Cangkir biasanya
dibuat dengan dua varian rasa, yaitu manis dengan gula merah dan gula putih.
Jika menggunakan gula merah, maka otomatis warna Putu Cangkir juga
merah begitupun ketika menggunakan gula putih (gula pasir).
Bahan dasar Putu Cangkir adalah
beras ketan, baik ketan putih maupun ketan hitam. Ditumbuk tapi tidak sampai
halus. Lalu ditambahkan serutan gula merah yang diremas bersama agar ketan gula
merahnya menyatu. Bahan ketan campur gula merah ini kemudian dimasukkan ke
wadah kecil model kerucut atau lebih dikenal corong minyak yang di tengahnya
disisipkan parutan kelapa. Kemudian dikukus di atas kukusan khas, bentuknya
tinggi bulat terbuat dari seng tipis dan di permukaan atas hanya ada satu
lubang, tempat wadah corong minyak diletakkan yang di dalamnya.
Tingkat kesulitan pembuatan Putu Cangkir ada pada
pengukusan yang harus pas. Jika tidak maka adonan bisa terburai. Setelah
dikukus putu diangkat lalu bagian bawahnya dilapisi potongan daun pisang atau
daun pandan. Jika anda ingin mengunjungi pusat pembuatan Putu Cangkir dan
merasakan putu dengan berbagai varian rasa dan warna serta melihat proses
pembuatan Putu Cangkir,
anda dapat berkunjung ke Kabupaten Gowa tepatnya di Jalan Poros Limbung
Daerah Tanetea. Kedai-kedai Putu
Cangkir ini berada di pinggir jalan sehingga cukup mudah untuk
diakses.
Kedai Putu Cangkir yang ada
di Limbung
berbeda dengan kedai putu cangkir yang biasa dijual di Kota Makassar. Di Kota Makassar anda
hanya menemui dua varian rasa putu cangkir yakni manis dengan gula merah dan
gula putih. Namun di kedai-kedai yang terdapat di Jalan Poros Limbung,
anda dapat menikmati putu dengan berbagai warna dan rasa selain kedua warna
tersebut. Anda dapat menikmati Putu
Cangkir berwarna pink, hijau, hitam, ungu dan coklat (mocca).
Selain itu aroma daun pandannya sangat terasa. Putu Cangkir dijual dengan kisaran harga
seribu rupiah hingga tiga ribu rupiah.
- 200 gram tepung beras kualitas baik
- 200 gram tepung ketan kualitas baik
- 1 butir kelapa,parut memanjang.
- ½ sdt garam
- ½ sdt vanili
- 2 sdm pasta pandan
- 150 gram gula merah, parut kasar untuk isi
- ½ butir kelapa, parut memanjang campur dengan sedikit garam, kemudian kukus untu taburan.
Cara membuat :
- Campur tepung, beras, tepung ketan, kelapa, garam, vanili, dan pasta pandan, aduk rata.
- Siapkan cetakan kue mangkuk dengan diameter 3cm. Taruh adonan hingga setengah cetakan, beri gula merah secukupnya, kemudian tutup dngan adonan lagi, tekan-tekan supaya agak padat.
- Kukus dalam panci sekitar40 menit hingga matang. Angkat keluarkan dari cetakan siap dihidangkan,
- Hidangkan selagi hangat, jangan lupa diberi taburan kelapa.
SOURCE :
http://callangku.blogspot.com/2015/02/nasu-likku-yang-menggoda.html
https://sites.google.com/site/dennapratiwis/nasu
https://ksmtour.com/wisata-kuliner/kuliner-makassar/putu-cangkir-kue-yang-sangat-digemari-di-makassar.html
http://widhiaanugrah.com/resep-membuat-kue-putu-cangkir-yang-empuk/