f a m o u s f o o d
Minggu-6
1 Sept 2018
RENDANG
Rendang
atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran
dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses
memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya
memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan
berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga
berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan
santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang
dapat dijumpai di Rumah Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di
Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura,
Brunei, Filipina, dan Thailand. Di daerah asalnya, Minangkabau, rendang
disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun rendang merupakan
masakan tradisional Minangkabau, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki
teknik memasak serta pilihan dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Pada
tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat
pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia)
versi CNN International.
Rendang
juga dimanfaat sebagai bantuan pangan bagi korban bencana alam karena tahan
lama dan kandungan gizinya, seperti pada gempa bumi Lombok 2018.
© Kandungan
bahan dan cara memasak
Rendang
adalah masakan yang mengandung bumbu rempah yang kaya. Selain bahan dasar
daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan campuran dari
berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas,
kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya
disebut sebagai pemasak. Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami,
yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai
bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui
memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat
disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses
memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar
empat jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran.
Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat,
diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih,
apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering.
Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati
dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa
menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni
kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis
bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.
© Makna
dari Masakan Rendang
Rendang
memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki
filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarah dan
mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan
masyarakat Minang, yaitu:
© Dagiang
(daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin
Suku adat).
© Karambia
(kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual).
© Lado
(cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk
mengajarkan syariat agama.
© Pemasak
(bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam
tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap
seremoni adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau
menyambut tamu kehormatan.
Dalam
tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang
adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun,
pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul
Qurban.
© Sejarah
Rendang
Asal usul
rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi
masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan
tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian.
Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang
menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke
kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi,
hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal
Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan
Semenanjung Malaya.
Sejarawan
Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi
masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke
Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai
dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai
bekal.” Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga
berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam
perjalanan niaga.
Rendang
juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang
membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an
(pertengahan abad ke-16).
Kelahiran
rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari
India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk
terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang
kian masyhur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya
merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja
sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka
Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga
hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta
hidangan Minangkabau lainnya secara meluas. Ketenaran rendang telah membuatnya
rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat pertama daftar
World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN
International tahun 2011.
Selain
pada acara adat, rendang juga menjadi pilihan menu saat mengolah daging kurban
yang melimpah saat hari raya Idul Adha. Rendang juga menjadi makanan yang
disajikan khusus untuk hari raya Idul Fitri. Rendang juga telah menjadi salah
satu pilihan barang bantuan yang dikirimkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat sebagai bantuan pangan bagi korban bencana di daerah lain. Hal ini
pertama kali dilakukan pada tahun 2016 saat terjadi gempa bumi di Pidie Jaya,
Aceh[10] dan dilakukan pula pada gempa bumi Lombok 2018.
© Jenis
Rendang
disajikan bersama daun singkong, telur dadar, dan kuah gulai dalam sajian Nasi
Ramas Padang.
Dalam
memasak daging berbumbu dalam kuah santan, jika ditinjau dari kandungan cairan
santan, sebenarnya terdapat tiga tingkat tahapan, mulai dari yang terbasah
berkuah hingga yang terkering: Gulai — Kalio — Rendang. Dari pengertian ini
rendang sejati adalah rendang yang paling rendah kandungan cairannya. Akan
tetapi secara umum dikenal ada dua macam jenis rendang: rendang kering dan
basah.
© Rendang kering
Rendang
kering adalah rendang sejati dalam tradisi memasak Minang. Rendang ini dimasak
dalam waktu berjam-jam lamanya hingga santan mengering dan bumbu terserap
sempurna. Rendang kering dihidangkan untuk perhelatan istimewa, seperti upacara
adat, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan. Rendang kering biasanya berwarna
lebih gelap agak coklat kehitaman. Jika dimasak dengan tepat, rendang kering
dapat tahan disimpan dalam suhu ruangan selama tiga sampai empat minggu, bahkan
dapat bertahan hingga lebih dari sebulan jika disimpan di kulkas, dan enam
bulan jika dibekukan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa citarasa rendang asli
Minang adalah yang paling lezat dan tiada dua — jauh berbeda dengan rendang di
sejumlah kawasan Melayu lainnya.
© Rendang basah atau Kalio
Rendang
di Belanda adalah kalio yang masih basah berkuah.
Rendang
basah, atau lebih tepatnya disebut kalio, adalah rendang yang dimasak dalam
waktu yang lebih singkat, santan belum begitu mengering sempurna, dan dalam
suhu ruangan hanya dapat bertahan dalam waktu kurang dari satu minggu. Rendang
basah berwarna coklat terang keemasan dan lebih pucat.
Rendang
juga dikenal di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Rendang yang
ditemukan di Malaysia lebih mirip kalio, berwarna lebih pucat dan basah dengan
citarasa yang tidak begitu kuat. Rendang Malaysia yang disebut rendang kelantan
dan rendang negeri sembilan memiliki perbedaan dengan rendang Indonesia. Proses
memasak rendang di Malaysia, lebih singkat dan melakukan pengentalan bumbu
dengan dicampur kerisik (kelapa parut yang disangrai), bukan dengan proses
pemasakan dengan api kecil dalam waktu yang lama. Karena keterkaitan sejarah
melalui kolonialisasi, rendang juga dapat ditemukan di Belanda, juga dalam
bentuk kalio, tetapi umumnya disajikan sebagai salah satu bagian dari lauk-pauk
Rijsttafel.
© Variasi
© Rendang
hati sapi
Rendang
umumnya menggunakan daging sapi, tetapi dikenal pula berbagai jenis bahan
daging lainnya yang dimasak sesuai bumbu dan resep. Variasi rendang antara
lain:
© Rendang
daging (Randang dagiang): rendang daging sapi, kerbau, kambing atau domba.
Adalah jenis rendang yang paling lazim ditemukan.
© Rendang
ayam: Rendang yang terbuat dari daging ayam
© Rendang
bebek (Randang itiak): Rendang yang terbuat dari daging bebek
© Rendang
hati: Rendang yang terbuat dari hati sapi
© Rendang
telur (Randang talua): Rendang yang terbuat dari telur ayam, khas Payakumbuh
© Rendang
paru: Rendang yang terbuat dari paru-paru sapi, khas Payakumbuh
© Rendang
ikan tongkol: Rendang yang terbuat dari ikan tongkol
© Rendang
suir: Rendang khas Payakumbuh yang dibuat dari daging ayam atau sapi yang serat
dagingnya disuir atau diurai kecil-kecil. Rendang suir mirip abon, akan
perbedaannya adalah serat dagingnya lebih besar dan bumbu rendang keringnya
yang khas.
© Rendang
Kerang (Randang Lokan): merupakan varian rendang yang terbuat dari kerang, khas
dari daerah pesisir seperti Pesisir Selatan dan Pariaman.
Resep rendang khas padang ;
Bahan Utama Untuk Membuat Resep
Daging Rendang Asli Padang:
·
1.5 kg daging
·
2 liter santan dari 2 butir kelapa tua
·
Bumbu dan Rempah Untuk Membuat Rendang Minang
Asli:
·
2 batang daun serai, memarkan
·
4 lembar daun jeruk purut
·
2 cm asam kandis/gelugur
·
2 lembar daun kunyit, simpulkan
Bumbu Resep Rendang Padang Asli
Minang yang harus kamu Dihaluskan:
© 5 butir
kemiri
© 6 siung
bawang putih
© 100 g
cabe merah besar
© 12 butir
bawang merah
© 100 g
cabe merah keriting
© 2 cm
jahe, bakar
© 2 cm
lengkuas
© 3 cm
kunyit, bakar
© 1/2 sdm
ketumbar
© 2 sdt
garam
© 1/2 sdt
pala
© 1 sdt
jintan, sangrai
© Penyedap
rasa secukupnya
Cara Mengolah Resep Rendang
Padang Asli khas Minang:
1.
Pertama tama olah daging yang sudah disiapkan,
potong-potong daging rendang dengan bentuk dadu atau seukuran yang diinginkan,
hanya saja jangan pernah memotong daging terlalu kecil untuk diolah menjadi
rendang agar saat dimasak nanti daging tidak hancur.
2.
Tuangkan santan ke wajan berukuran besar, masukkan
pula serai, irisan bawang merah, asam dan daun kunyit. Aduk-aduk hingga santan
mendidih dan pastikan santan yang anda masak tidak pecah, untuk itu Anda harus
terus mengaduk-aduk santan hingga mendidih merata.
3.
Setelah santan mendidih, masukkan perlahan bumbu
yang telah dihaluskan kedalamnya dan sesekali aduk-aduk selama kurang lebih 20
– 30 menit.
4.
Setelah anda melihat santan tampak berminyak,
berarti ini saatnya kamu memasukan potongan daging rendang yang telah
dibersihkan dan masak dengan menggunakan api kecil/sedang hingga santan
mengental dan mengering serta bumbu meresap ke pori pori daging.
5.
Terus masak hingga daging empuk dan matang merata,
jangan lengah untuk terus diaduk-aduk agar bagian dasar tidak gosong dan daging
tidak gagal.
SATE
Seorang
penulis kuliner Jennifer Brennan tahun 1988 pernah menulis demikian:
"Meskipun Thailand dan Malaysia menganggap hidangan ini adalah milik
mereka, tanah air sate yang sesungguhnya di Asia Tenggara adalah Jawa,
Indonesia. Di sini sate dikembangkan dari adaptasi kebab India yang dibawa oleh
pedagang muslim ke Jawa. Bahkan India tak dapat mengakui sebagai asal mulanya
karena hidangan ini merupakan pengaruh Timur Tengah."
Konon
yang mengawali adopsi masakan kebab adalah santri Sunan Gresik bernama Satah.
Ia memotong daging kecil-kecil kemudian agar mudah dibakar ia menusukkannya
dengan batang bambu. Tak disangka masyarakat menyukai masakan yang dibuat oleh
Satah hingga menyebutnya dengan daging Satah. Lama kelamaan, sebutan makanan
ini berubah pelafalannya menjadi sate. Sayangnya, tidak banyak literatur yang
membahas hal ini.
Asal-usul
sate yang cukup sahih adalah pada abad ke-19. Saat itu, sate di Indonesia mulai
dikenal khususnya di Pulau Jawa dan menjadi menu yang paling populer di sini.
Kepopuleran ini bersamaan dengan masuknya kebab, olahan daging kambing dari
India, yang dibawa oleh pedagang Muslim Tamil dan Gujarat ke Indonesia. Dulu,
masyarakat Jawa lebih sering menyajikan daging dengan cara direbus. Nah, lantas
dari perkenalan dengan kebab tersebut, masyarakat pun makin suka makan daging
sapi dan kambing dengan cara dibakar atau dipanggang. Kata 'sate' sendiri
diduga berasal dari bahasa Tamil dengan sebutan catai yang artinya daging.
Dari
Jawa, seiring berjalannya waktu, satepun berekspansi ke seluruh pelosok
nusantara. Maka tak heran kalau hampir di setiap daerah di Indonesia ada sate
yang khas seperti sate padang, sate Madura, sate lembut dari Betawi, sate pusut
dari Lombok, dan lain-lain. Menurut Peta Kuliner Nusantara yang disusun oleh
Bandung Fe Insitute, setidaknya ada 60 ragam sate dari seluruh pelosok
nusantara.
Tak
hanya di nusantara, sate juga nyatanya menyebar dari Selat Malaka hingga negara
Malaysia, Singapura, dan Thailand. Penyebaran ini dilakukan oleh para perantau
dari Jawa dan Madura yang berdagang sate di sana. Di akhir abad ke-19 sate
mulai masuk ke Afrika Selatan. Masyarakat di sana lantas mengenalnya dengan
sosatie.
Menyoal
penyebutan sate sendiri, menurut beberapa sumber kata ini berasal dari istilah
Minnan, Tionghoa sa tae bak yang artinya tiga potong daging. Namun, hal ini
masih menuai banyak ketidaksetujuan karena pada kenyataannya daging yang
ditusukkan pada tusuk sate berjumlah empat. Konon, empat menjadi angka simbol
keberuntungan bagi kepercayaan orang-orang Tionghoa.
Menyebar
ke Seluruh Dunia
Para
perantau dan penjelajah memiliki peran penting dalam penyebaran makanan,
bahasa, dan budaya. Penyebaran sate ke seluruh dunia tentunya tak lepas dari
peranan mereka. Sate yang dibawa ke Malaysia dan Thailand rupanya berhasil
membuat masyarakat setempat jatuh cinta dan menjadikannya sebagai makanan
tradisional. Di sana, sama seperti di Indonesia, sate dijajakan di jalanan
meski tak jarang juga restoran yang menyajikannya dengan tatanan yang lebih
menarik. Selain di Malaysia dan Thailand, sate juga dikenal di Afrika Selatan
dengan nama sosatie.
Terciptanya
hidangan sosatie berawal dari perantau Melayu yang menetap di Afrika Selatan.
Mereka kemudian menciptakan hidangan yang mirip dengan sate yang biasa mereka
makan di kampung halaman. Sosatie mirip dengan sate, namun bukan hanya daging
saja yang dibakar, mereka menambahkan sayuran seperti bawang bombay dan paprika
di tengah-tengah tusukan. Perjalanan sate yang sangat panjang hingga kini
dihidangkan di berbagai restoran di seluruh dunia ternyata bermula dari
Indonesia. Kita sebagai orang Indonesia harus bangga dan terus mempromosikan
sate sebagai salah satu kuliner asli nusantara. Jangan sampai pecinta sate di
seluruh dunia hanya tahu sate yang berasal dari Thailand saja ya.
CARA
MEMBUAT SATE
Bahan-bahan:
½ ekor ayam
kampong/negeri, buang kulit dan tulangnya, potong dadu
5
sdm kecap manis untuk olesan
2
sdm margarin, lelehkan untuk olesan
2
buah jeruk limau (jika suka)
Tusukan
sate secukupnya
Bumbu kacang:
350
ml air
150
gram kacang tanah goreng, haluskan dengan blender atau ulekan tangan
5
sdm kecap manis
Merica
bubuk dan garam secukupnya
Minyak
goreng secukupnya (untuk menumis)
5
butir bawang merah
3
siung bawang putih
4
buah cabai merah
2
butir kemiri
Bahan
pelengkap: Ketupat/lontong serta irisan tomat, cabai rawit, dan bawang merah,
Bumbu kacang:
1. Pertama
panaskan minyak, masukkan bumbu-bumbu yang dihaluskan (bawang merah, bawang
putih, cabai merah, dan kemiri), lalu tumis hingga harum.
2. Selanjutnya
masukkan kacang tanah halus dan air, kemudian masak hingga mendidih dan kental.
3. Tambahkan
merica bubuk, garam, kecap manis lalu aduk hingga rata.
Cara membuat Sate Ayam Bumbu
Kacang:
1. Cuci
daging ayam hingga bersih lalu tiriskan. Setelah kering, tusuk ayam dengan
tusukan sate lalu sisihkan.
2. Campur
kecap manis dan margarin kemudian aduk hingga tercampur rata lalu oleskan pada
sate ayam hingga merata.
3. Buat
tungku lalu panggang di atas bara api hingga setengah matang lalu angkat.
Selanjutnya celupkan dalam bumbu kacang dan panggang lagi hingga matang dan
berwarna kecoklatan.
4. Sate
ayam bumbu kacang siap disajikan dengan air jeruk limau dan pelengkap.
Source :
http://masaksate.blogspot.com/2015/08/sejarah-sate-indonesia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang